MANUSIA PERSPEKTIF HINDU



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
            Pada hakikatnya manusia adalah makhluk beragama. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama untuk keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertikal manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan manusia. Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum di sekolah mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi.
            Dalam konsep Hindu, manusia pertama adalah Svambhu, yang artinya makhluk berpikir pertama yang menjadikan dirinya sendiri. Secara etimologi kata manusia berasal dari kata manu yang artinya pikiran atau berpikir, dalam bentuk genetif menjadi kata “manusya”, artinya ia yang berpikir atau menggunakan pikirannya. Menurut konsep Hindu, manusia adalah kesatuan antara badan jasmani dan jiwa (atman) menjadikan ia secara psikopisik terus berkembang. Secara kosmologis, manusia ( yang berupa kesatuan jiwa badan jasmaninya ) yang sering disebut mikrokosmos ( bhuana alit ) yang merupakan perwujudan dari makrokosmos ( bhuana agung ). Manusia juga dikatakan sebagai makhluk Tri Pramana karena memiliki tiga kemampuan utama yaitu berpikir, berkata dan berbuat, yang menyebabkan ia berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan kemampuan berpikir, berkata dan berbuat, manusia melakukan perbuatan baik dan perbuatan buruk yang disebut subha asubha karma. Dengan mengutamakan perbuatan baik yang disebut subha karma inilah manusia mampu menolong dirinya sendiri, mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah keistimewaan lahir menjadi manusia. Dimana tidak dimiliki oleh makhluk lain selain manusia. Secara umum manusia senang pada keindahan, baik itu keindahan alam maupun seni, dan yang merupakan musuh besar manusia menurut agama Hindu yang disebut Sad Ripu. Sad Ripu ini berada di dalam diri setiap manusia dimana sifat – sifat tersebut akan mempengaruhi watak dan perilaku manusia. Itulah sebabnya  watak dan perilaku manusia berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sad Ripu tidak bisa kita hilangkan karena begitu melekat dalam diri manusia. Satu – satunya cara adalah dengan mengendalikannya. Untuk itu, kita harus bisa mengendalikan sifat tersebut agar nantinya kita mendapat ketenangan di dalam diri. Jika hati kita tenang, maka pikiran pun akan tenang untuk menghasilkan pemikiran – pemikiran yang jernih. Dari pemikiran yang jernih kita senantiasa akan berkata dan berbuat yang baik.
1.2  Rumusan Masalah
1.    Bagaimana pengertian manusia dalam persepsi agama hindu?
2.    Jelaskan konsep manusia hindu!
3.    Apa tujuan hidup manusia menurut agama hindu?
4.    Apa tugas dan kewajiban sebagai manusia hindu?
5.    Jelaskan martabat manusia hindu!
6.    Bagaimana penciptaan manusia menurut hindu?
1.3  Tujuan
1.    Dapat menjelaskan pengertian manusia dalam persepsi agama hindu.
2.    Dapat mengetahui konsep manusia hindu.
3.    Dapat menjelaskan tujuan hidup manusia menurut agama hindu.
4.    Dapat menjelaskan tugas dan kewajiban sebagai manusia hindu.
5.    Dapat menjelaskan martabat manusia hindu.
6.    Dapat memahami penciptaan manusia menurut hindu.
1.4  Manfaat
1.    Dapat membuat mahasiswa lebih memahami tentang manusia menurut agama hindu.
2.    Mahasiswa dapat lebih mengerti tentang penjelasan manusia menurut agama hindu.






















BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Hakkikat Manusia Menurut Hindu
            Manusia pertama adalah Svambhu, yang artinya makhluk berpikir pertama yang menjadikan dirinya sendiri. Secara etimologi kata manusia berasal dari kata manu yang artinya pikiran atau berpikir, dalam bentuk genetif menjadi kata “manusya”, artinya ia yang berpikir atau menggunakan pikirannya. Menurut konsep Hindu, manusia adalah kesatuan antara badan jasmani dan jiwa (atman) menjadikan ia secara psikopisik terus berkembang. Secara kosmologis, manusia ( yang berupa kesatuan jiwa badan jasmaninya ) yang sering disebut mikrokosmos ( bhuana alit ) yang merupakan perwujudan dari makrokosmos ( bhuana agung ). Manusia juga dikatakan sebagai makhluk Tri Pramana karena memiliki tiga kemampuan utama yaitu berpikir, berkata dan berbuat, yang menyebabkan ia berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan kemampuan berpikir, berkata dan berbuat, manusia melakukan perbuatan baik dan perbuatan buruk yang disebut subha asubha karma. Dengan mengutamakan perbuatan baik yang disebut subha karma inilah manusia mampu menolong dirinya sendiri, mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah keistimewaan lahir menjadi manusia. Dimana tidak dimiliki oleh makhluk lain selain manusia.
            Secara umum manusia senang pada keindahan, baik itu keindahan alam maupun seni, dan yang merupakan musuh besar manusia menurut agama Hindu yang disebut Sad Ripu. Sad Ripu ini berada di dalam diri setiap manusia dimana sifat – sifat tersebut akan mempengaruhi watak dan perilaku manusia. Itulah sebabnya  watak dan perilaku manusia berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sad Ripu tidak bisa kita hilangkan karena begitu melekat dalam diri manusia. Satu – satunya cara adalah dengan mengendalikannya. Untuk itu, kita harus bisa mengendalikan sifat tersebut agar nantinya kita mendapat ketenangan di dalam diri. Jika hati kita tenang, maka pikiran pun akan tenang untuk menghasilkan pemikiran – pemikiran yang jernih. Dari pemikiran yang jernih kita senantiasa akan berkata dan berbuat yang baik.
            Pengertian Manusia dalam persepsi Agama Hindu. Manusia berasal dari manushya yang berarti makhluk hidup yang mempunyai pikiran. Manusia memiliki kesempurnaan peralatan yang mengatur dirinya menemui penciptanya yaitu Sang Hyang Widi Wasa.
            Demikian pula dalam Manawa Dharmasastra dikatakan bahwa manusia secara etimologis berasal dari bahasa Sansekerta, manushya , dimana manu (berarti pikiran) dan sya (menunjukkan sifat dari kata benda yang didekatinya, sehingga manusia diartikan menjadi: ia yang memiliki pikiran dan menggunakan akal pikiran. Manusia mempunyai kesempurnaan untuk mengatur dirinya sendiri untuk menemui penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
            Dalam Sarasamuccaya, I.2 : disebutkan bahwa Dari sedemikian banyak mahluk hidup yang dilahirkan,  sebagai manusia itu saja yang dapat berbuat baik dan buruk, mempunyai kemampuan untuk melebur perbuatan buruk kedalam perbuatan baik, demikianlah pahalanya menjadi manusia.
            Dalam ajaran Hindu manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan atma. Tubuh mempunyai wujud nyata bersifat fana. Sedangkan atma itu bersifat kekal. Ini dinyatakan dalam petikan Bagawad Gita II.20: yang diartikan sebagai berikut : Apa yang tak pernah ada, apa yang ada tak akan pernah ada; apa yang ada tak akan pernah berhenti ada. Keduanya hanya bisa dimengerti oleh orang yang melihat kebenaran. Yang tak pernah lahir dan mati, juga setelah ada tak akan berhenti ada, tidak dilahirkan, kekal, abadi, selamanya, tidak mati dikala tubuh jasmani tiada.
            Dalam zaman Brahmana , diuraikan bahwa manusia terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah  bagian yang tampak, dan kedua adalah bagian yang tak tampak. Bagian yang tampak terdiri dari lima unsur : rambut, kulit, daging, tulang dan sumsum. Bagian yang tidak nampak terdiri dari unsur-unsur penentu hidup, yaitu : nafas –prana atau atman-, akal –budi- , pemikiran – manas-, penglihatan –caksu-, dan pendengaran –srotra-.
Manusia mempunyai:
a.  lima indra, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan perasa;
b.  lima alat bertindak, yaitu : tangan, alat melahirkan, alat pengeluaran, kaki dan lidah;
c.   lima skandha, yaitu : rupa, wedana, sanna, sankhara, dan winnana.
            Rupa merupakan kerangka anatomis, alat badani atau tubuh manusia; Wedana adalah perasaan yang badani maupun yang rohani, menyenangkan atau tidak; sanna pengamatan dari segala macam baik rohani maupun jasmani;  sankhara merupakan skanda yang sangat kompleks mampu menyusun khayalah; dan winnana adalah kesadaran. Kelima skandha ini  merupakan jiwa yang sebenarnya, baik bersama sama maupun sendiri-sendiri.
            Atman diselubungi oleh lapisan-lapisan, yaitu  (1) annamana, lapisan tubuh sebagai selubung jasmani, (2) pranayama, lapisan selubung nafasi , (3)  manomaya, lapisan selubung akali, (4)  widnyanamaya, sebagai lapisan kesadaran, dan (5) anandamaya, sebagai lapisan dalam atman dalam keadaan bahagia sebagai intisari manusia.
            Dalam agama Hindu manusia pada hakekeatnya dilahirkan untuk memperbaiki karmanya, sehingga dia dapat semakin cepat mencapai tujuan hidup yang sesusungguhnya yaitu moksa. Disini, pada hakekatnya, manusia dituntut untuk selalu memperbaiki dirinya sendiri. Sehingga secara mudah dapat dikatakan bahwa pilihan itu ada pada manusia itu sendiri. Mau menuju ke arah yang lebih baik, atau menuju ke arah yang lebih buruk.
            Dalam konteks Psikologis hakekat manusia juga relevan bila dikaitkan dengan hakekat manusia menurut agama Hindu Dalam tinjauan psikologis, hakekat manusia adalah sebagai berikut :
·      Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
·      Individu Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
·      Individu yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
·      Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya. Long life development
·      Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati,
·      Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
·      Individu yang sangat dipengaruhi dan mempengaruhin oleh dan kepada lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial
            Bahwa manusia itu sangat membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan-kemampuan mengatur dan mengontrol serta menentukan  dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan dianalisis secara murni. Dengan kepribadian yang baik manusia dapat menjalankan swadarmanya sebagai umat Hindu.
Dari tinjauan ini terlihat bahwa hakekat manusia dari versi agama Hindu, sejalan dengan tinjauan psikologis manusia, yang pada hakekatnya menuju yaitu minmal sama-sama menuju perbaikan dan memiliki kemampuan untuk mengontrol dirinya.
            Tinjauan Biologi : Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens, Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu", Dikaitkan dengan Ia yang mempunyai pikiran, maka sangat erat konteksnya, bahwa manusia itu merupakan makhluk yang memiliki pikiran, serta mahluk yang memiliki pengetahuan atau tahu.
            Manusia merupakan  sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang paling sempurna karena dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi dalam agama. Dalam agama Hindu telah dijelaskan sebelumnya bahwa manusia terdiri dari badan kasar, jiwa dan atma.
            Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan dan dikelompokkan  berdasarkan bahasanya, komunitas organisasi mereka dalam masyarakat, perkembangan teknologinya, dan  kemampuannya untuk membentuk kelompok dalam memberi dukungan satu sama lainnya.
Dari persepsi agama, psikologis, biologi maupun antropologis terdapat persamaan pengertian tentang manusia. Coba saudara sintesakan definisi manusia ditinjau dari persepi-persepsi tersebut.
2.2  Konsep Manusia Hindu
            Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu jasmani dan rohani. Jasmaninya adalah badan, tubuh manusia sedangkan rohani merupakan hakekat Tuhan yang abadi, kekal, yang disebut dengan Atman. Manusia memiliki 3 lapisan badan yang disebut Tri Sarira yang terdiri dari Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira. Stula Sarira atau raga manusia dalam konsep Hindu terdiri dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, Akasa. Tubuh manusia merupakan Bhuana Alit atau Bhuana Sarira. Proses terbentuknya pun sama seperti proses terjadinya Bhuana Agung atau alam semesta. Sedangkan Suksma Sarira yaitu badan halus yang terdiri 3 unsur yang disebut Tri Antahkarana terdiri dari manas atau alam pikiran, Buddhi atau kesadaran termasuk didalamnya intuisi dan Ahamkara atau keakuan atau ego. Dalam Suksma Sarira terdapat unsur halus dari Panca Maha Bhuta yang disebut Panca Tan Matra yaitu ; Sabda, Sparsa, Rupa, Rasa, Gandha membentuk berbagai indra ( Panca Buddhindriya dan Panca Karmendriya). Sedangkan Anta Karana Sarira merupakan unsur rohani yaitu jiwatman sendiri yang sifatnya sama seperti paramaatman, kekal abadi.
            Manusia secara harpiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang berpikir. Jadi manusia merupakan mahluk yang telah dibekali salah satu kelebihan dibandingkan mahluk lainnya. Dalam Hindu terdapat konsep Tri Pramana, yang terdiri dari Bayu, Sabda , Idep. Tumbuhan hanya memiliki bayu atau tenaga untuk tumbuh, sedangkan binatang memiliki bayu dan sabda dimana binatang memiliki tenaga untuk bertumbuh, berkembang dan mengeluarkan suara, sedangkan manusia memiliki ketiganya. Pikiran hanya dimiliki oleh manusia yang telah dibekali sejak dilahirkan. Dengan memiliki pikiran maka diharapkan manusia mempunyai wiweka mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Pikiran dipakai berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan. Manusia juga dengan pikirannya diharapkan mengetahui asal, tujuan dan tugas serta kewajibannya. Dengan mengetahui hal ini maka pola hidup serta cara pandangnya terhadap kehidupan akan mampu mengilhami setiap tindakannya sehingga tetap berada pada jalur yang benar, sesuai etika dan ajaran-ajaran dharma yang telah diungkapkan dalam ajaran agama. Namun manusia juga termasuk makhluk yang lemah, karena tidak seperti binatang yang lahir begitu saja langsung bisa berdiri, terbang, berjalan tanpa memerlukan bantuan dari yang lain. Maka hendaknya ini dipahami terlebih dahulu untuk mengetahui dan dapat memisahkan esensi dari raga ini yang terpisah dengan atman yang sejati.
2.3  Tujuan Hidup Manusia Menurut Agama Hindu
            Setiap kelahiran jika dipahami, sesungguhnya manusia membawa perannya masing-masing. Manusia yang telah melakukan perenungan secara mendalam dengan pikiran yang jernih akan bertanya, apa sesungguhnya yang menjadi tujuan hidupnya. Ada 2 macam tujuan hidup manusia yaitu tujuan duniawi dan spiritual.Tujuan duniawi berupa keinginan untuk mengejar harta, kekayaan dan keinginan. Sedangkan tujuan spiritual yaitu keinginan untuk bersatu kepada yang hakekat dan asal yang sesungguhnya. Dalam Hindu, tujuan hidup manusia terdapat dalam Catur Purusartha. Yang terdiri dari 4 bagian yaitu : Dharma, Artha, Kama Moksa. Dharma merupakan ajaran kebenaran, sebagai pandangan hidup, tuntunan hidup manusia. Artha yaitu kekayaan yang berupa materi. Kama merupakan keinginan dan Moksa yaitu bersatunya sang diri atau jiwatman dengan yang lebih tinggi atau Paramaatman. Jadi jelas dalam hidup manusia selalu mengejar artha, kama dan moksa. Namun dalam mengejar artha dan kama harus berdasarkan dharma, kebajikan dan kebenaran, bukan dengan cara-cara yang tidak baik. Penyatuan kepada yang hakekat merupakan tujuan yang harus dicapai manusia dengan berdasarkan etika keagamaan dan dharma yang telah ditentukan. Pembangkitan kesadaran bahwa kita merupakan salah satu bagian dari pada esensi dunia ini merupakan hal yang harus dicapai agar pikiran dapat terbuka, menyadari hakekat sang diri. Harapan tersebut dapat terwujud dengan mengimplementasikan ajaran dharma. Dalam pustaka suci Hindu telah disebutkan bahwa menjelma menjadi manusia merupakan suatu keberuntungan dan hal yang utama. Dengan manas atau pikiran yang dimiliki, maka manusia dapat menolong dirinya sendiri dari keadaan samsara dengan jalan berkarma yang baik. Kesadaran akan mampu meluruskan pikiran yang selalu hanya mementingkan kehidupan duniawi.
Dalam Sàrsamuccaya 8 disebutkan ;
Mànusyam durlabham pràpya vidyullasita cañcalam,
bhavakûayem atiá kàyà bhavopakaraóesu ca.

artinya ;
            Menjelma menjadi manusia itu, sebentar sifatnya, tidak berbeda dengan kerdipan petir, sungguh sulit (didapat), karenanya pergunakanlah penjelmaan itu untuk melaksanakan dharma yang menyebabkan musnahnya penderitaan. Sorgalah pahalanya.
            Tentang tujuan hidup manusia, setiap orang tentunya mempunyai pandangan masing-masing, dan berdasarkan pandangannya itu mereka mengusahakan untuk mencarinya. Dalam mewujudkan tujuan hidupnya itu, tidak sedikit orang yang hanya mementingkan diri, egois merasa benar sendiri dan harus selalu menang dan mampu mengalahkan yang lain. Pendidikan yang keliru, misalnya sejak anak-anak telah ditanamkan bahwa orang tuanya berasal dari golongan yang kaya, derajatnya tinggi, bangsawan dan memandang rendah mereka para rakyat jelata, para pekerja, buruh, pembantu rumah tangga dan sebagainya, padahal belum tentu orang yang dipandang rendah martabatnya, karena lahir dari keluarga yang dianggap rendah tidak memiliki budhi pekerti yang luhur. Dalam kehidupan masyarakat, tidak sedikit kita memperhatikan di lingkungan kita anak-anak yang sejak dini menganggap orang yang karena kelahiran dari keluarga petani, peternak, buruh, nelayan dan pekerja pada umumnya derajat dianggap rendah, mengembangkan sifat yang arogan, egostis, tidak peduli dengan lingkungan dan minta selalu dihormati. Dalam kehidupan modern dewasa ini, seseorang menghargai orang lain dari penampilannya, sikapnya yang sopan, lemah lembut, tutur katanya manis dan ramah dan memancarkan budhi pekerti yang luhur. Orang-orang yang demikian keadaannya, apalagi sangat giat belajar, giat bekerja, rendah hati dan ramah, serta memiliki keimanan yang tinggi senantiasa akan mendapatkan perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, karena pada dirinya memancarkan kasih sayang yang sejati. Ketika seseorang merenung dengan dalam tentang arti dan tujuan hidupnya, maka bagi mereka yang mendalami ajaran Agama Hindu, tujuan hidup yang pertama adalah mewujudkan Dharma yakni kebajikan, kebaikan, kebenaran, kasih sayang, taat kepada hukum dan taat kepada ajaran agama. Dan tujuan akhir adalah untuk mencapai moksa yaitu bersatunya atma dengan paramatma.
            Agama Hindu memberikan tempat yang utama terhadap ajaran tentang dasar dan tujuan hidup manusia. Dalam ajaran Agama Hindu ada suatu sloka yang berbunyi: “Moksartham Jagadhita ya ca iti dharmah“, yang berarti bahwa tujuan beragama adalah untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan ketentraman batin (kedamaian abadi). Ajaran tersebut dijabarkan dalam konsep Catur Purusa artha atau catur warga adalah empat dasar dan tujuan hidup manusia.
Dhrama
            Tujuan manusia menurut agama Hindu disebut Catur Purusartha (empat tujuan akhir). Tujuan hidup yang pertama adalah dharma. Sebagaimana telah dijelaskan didepan, dharma berarti agama atau kewajiban. Pertama-tama manusia haruslah menjadi manusia beragama. Beragama berarti hidup bermoral. Hidup bermoral merupakan landasan bagi tujuan tujuan hidup berikutnya.
Artha
            Tujuan hidup kedua adalah Artha. Artha artinya materi atau secara sempit disebut uang, secara luas artha diartikan sebagai keberhasilan atau kesuksesan. Untuk hidupnya manusia memerlukan materi. Tanpa materi bagaimana kita menyelenggarakan kehidupan rumah tangga, pendidikan dan kewajiban- kewajiban agama?
Tapi materi atau kesuksesan itu harus dicapai berdasarkan landasan agama dan dipergunakan sesuai dengan moral agama.
Kama
            Tujuan hidup yang ketiga adalah Kama. Kama dalam arti sempit dimaksudkan kesenangan karena aktivitas seksual. Aktivitas seksual pertama-tama berfungsi sebagai prokreasi (regenerasi dan penerusan keturunan). Kedua aktivitas seksual berfungsi rekreasi (re=kembali, kreasi=menciptakan), peneguhan (kembali) hubungan cinta kasih antara suami dan isteri. Sekali lagi, kama harus dilandasi oleh dharma. Hubungan seksual itu harus dilakukan dalam kerangka perkawinan yang sah. Dalam arti luas kama juga mencakup kesenangan-kesenangan yang lain, misalnya yang ditimbulkan oleh keindahan dan seni.
Keseimbangan Jiwa dan Raga
            Sebagaimana dikatakan dalam bahasan sebelumnya (Atman : Jiwa yang Kekal), manusia terdiri dari dua aspek yang saling melingkupi, yaitu badan dan jiwa. Masing-masing aspek ini, memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu. Artha dan kama (lebih) merupakan tujuan dari raga dan badan kita. Sedangkan dharma dan moksha merupakan tujuan dari jiwa kita.
            Jadi kebutuhan raga dan jiwa kita harus dipenuhi secara seimbang.          Agama Hindu sama sekali tidak mengajarkan pemeluknya untuk mengabaikan dunia. Tapi agama Hindu juga tidak mengajarkan kita hanya memikirkan dunia. Tujuan kita yang tertinggi yaitu moksha dicapai melalui perjalanan kita dalam kehidupan didunia ini. Jadi dapat dikatakan ketiga tujuan di atas, yaitu dharma, artha dan kama, merupakan tangga bagi tujuan hidup yang terakhir yaitu moksha. Bagaimana kita memperoleh ketiga tujuan ini, bagaimana kita mempergunakan artha dan kama akan menentukan apakah kita akan mencapai tujuan tertinggi itu atau tidak.
2.4  Tugas Dan Kewajiban Sebagai Manusia Hindu
            Kecendrungan manusia yang lupa terhadap tujuannya karena pengaruh kenikmatan duniawi telah merubah prilaku manusia untuk menyimpang dari ajaran kebenaran. Kenikmatan duniawi tiada berkesudahan ini mempengaruhi prilaku manusia sehingga jalan apapun terkadang dihalalkan. Sesuai dengan tujuan yang mesti di capai manusia yaitu suatu penyatuan kepada yang tertinggi, maka ini dibarengi dengan tindakan yang searah dengan tujuan tersebut. Tujuan tersebut mustahil akan tercapai jka arah dan jalan yang ditempuh itu salah. Maka hal pertama yang menjadi tugas manusia adalah menjalankan Dharma. Menjalankan etika dan ajaran-ajaran yang mulai dilupakan maka keseimbangan dunia akan terganggu. Manusia memiliki tanggungjawab untuk menjaga keseimbangan ini. Dengan pikiran yang dimiliki, manusia mampu membuat kehidupan ini menjadi baik maupun hancur. Untuk itulah, tugas dan kewajiban utama manusia adalah mengamalkan dan melaksanakan ajaran Dharma ( kebajikan yang utama ), dengan melaksanakan berbagai yadnya demi terjaganya keseimbangan alam semesta.
            Dalam Bhagawad Gita telah banyak dijelaskan tentang 4 jalan yang disebut Catur Marga Yoga, empat jalan yang dapat ditempuh untuk mendapatkan kebahagiaan lahir bhatin yaitu : Bhakti Marga Yoga, Karma KarmaYoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga. Rahasia kebahagiaan dari ke 4 ajaran Yoga merupakan jalan dari hakekat kehidupan manusia agar dapat bersatu dengan Tuhan. Apapun kesulitan kita hendaknya  tetap berpegang teguh pada ajaran dharma tanpa ada keraguan yang hanya akan membuat kita kembali jatuh ke dunia material yang penuh dengan kesenangan sementara. Ikatan keluarga hanya ada pada kehidupan ini, namun jika kita sudah mengetahui konsepsi sebagai manusia, maka hal itu tidak akan membuat kesadaran kita goyah.
            Setiap manusia telah menentukan sendiri jalan hidupnya sehingga itu bukan alasan untuk berpaling dari jalan yang telah diyakininya. Seseorang tidak bisa ikut campur tangan atas karma orang lain sehingga kita hendaknya berusaha melepaskan keterikatan tersebut. Kesenangan duniawi hanya memberikan kebahagiaan sementara bagi indra-indra manusia. Itu bukanlah kebahagiaan yang sejati karena yang sejati itu tak dapat dilukiskan dengan kata-kata semata.
            Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya, laki dan perempuan. Juga adalah penggolongan  berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua. Dalam Agama Hindu dikenal dengan tahapan pembelajarannya dimasyarakat, yang dikenal dengan catur asrama: yaitu : brahmacari, grhasta, wanaprasta, dan biksuka.
Pada hakekaktnya manusia diciptakan tuhan untuk mencapai kebahagiaan, yang sudah tentu akan sangat dipenagruhi oleh amal ibadahnya sendiri karena manusia, merupakan makhluk ciptaan tuhan yang tiggi derajatnya yang diperkenankan untuk menentukan karmanya sendiri.
            Dalam Bhagawad Gitta III.10, mengenai penciptaan manusia ini, walau masih samar-samar dijelaskan bahwa: Dahulu Kala Sang Hyang Widhi menciptakan manusia dengan jalan Yadnya, dan bersabda: dengan ini engkau akan berkembang dan mendapatkan kebahagiaan atau khamaduk sesuai dengan keinginanmu.
Manusia merupakan salah satu titik sentral, dalam yadnya di dalam yadnya yang dilakukan umat manusia sebagai kewajibannya dalam memperbaiki taraf kehidupan dalam kehidupan ini. Yadnya tersebut adalah Manusa Yadnya. Diantara manusia yadnya yang kita lakukan sehari-hari adalah sebagai berikut :
(1) Berbuat baik sesama manusia,
(2) Menghormati sesaama manusia (tamu),
(3) Memberikan dana punia dan
(4) menjaga keselamatan dan kesejahteraan kepada keluarga. [1]
            Keempat cara melakukan manusia yadnya tersebut, pada hakekatnya adalah melakukan pengorbanan secara tulus ikhlas kepada sesama manusia, dalam keluarga maupun kepada luar keluarga. Dalam yadnya ini sangat banyak etika yang perlu kita perhatikan. Pada kegiatan berbuat baik kepada sesama manusia, dapat kita terapkan etika-etika : trikaya parisuda; ahimsa, tat wam asi, dll.
            Menghormati sesama manusia, dengan memberikan suguhan semampu kita kepada tamu, dalam aswameda parwa dikisahkan akan lebih bermakna dibandingkan dengan pesta besar yang dilakukan kerajaan –Pandawa-.
            Tentang  Memberikan Dana Punia, dibahas dalam Bagawad Gita XVIII.20 : menyebutkan bahwa : Pemberian dana punia hendaknya dilakukan dengan tanpa menharapkan balasan, dan diberikan kepada orang yang patut menerimanya. Terkait dengan orang yang patut menerima dana punia ini disebutkan pada Sarasamuscaya sloka 187 : orang yang diberikan dana punia adalah orang yang miskin, sulit memperoleh makanan, dan berkelakuan baik.
            Terkait dengan menjaga keselamatan dan kesejahteraan kepada keluarga, sudah merupakan tugas seorang manusia yang berkeluarga, dengan memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenjang kebutuhan Maslow. Hirarki Kebutuhan Manusia menurut Maslow:
(1) Kebutuhan phisiologis,
(2)  Kebutuhan Keamanan,
(3) Kebutuhan Sosial,
(4) Kebutuhan penghargaan,
(5) Kebutuhan Aktualisasi Diri.  
            Pemenuhan kebutuhan ini akan berkembang sesuai dengan kemampuan yang mengikuti kemajuan kehidupan kita.  Kegiatan Dana Punia dan yadnya ini juga dilakukan dengan melaksanakan upacara-upacara yang terkait dengan tahapan umur manusia Hindu, sejak lahir sampai meninggal.
2.5  Martabat Manusia Hindu
            Martabat manusia selalu dikaitkan dengan penguasaan mereka pada masalah keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Sang Hyang Widi Wasa, maupun masalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga tingkatan mastabat manusia Hindu,  juga dilihat dari masalah tersebut seperti : tingkat pendidikan dikaitkan dengan penguasaan ilmu dan pengetahuan dan teknologi; Profesi, swadarma dalam implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakt; Peran dalam hidup bermasyarakat; dan penguasaan serta implementasi keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan bermasyarakat.
            Dan semua yang dilakukan oleh manusia Hindu pada umumnya untuk pencapaian tujuan hidup manusia itu sendiri yaitu Catur Purusa Artha, meliputi : Dharma, Artha, Kama, Mokhsa. Dharma menjadi dasar dan pedoman kita dalam menunaikan tugas hidup kita sebagai manusia, yang dilahirkan kembali diberikan kesempatan untuk memperbaiki taraf hidupnya.
            Dharma, adalah ajaran-ajaran agama yang menjadi pedoman dalam kita mengarungi samudera kehidupan ini, memilha dan memilih mana yang boleh dan mana yang patut dihindari dalam kehidupan ini, karena tuntunan moral maupun tuntunan agama.
            Artha merupakan kebutuhan pokok manusia, arta dalam hal ini adalah arta untuk memenuhi kebutuhan pokok, kebutuhan pangan, kebutuhan sandang, dan kebutuhan pisiologis lainnya. Dan semua aktivitas keagamaan pun tidak terlepas dari kebutuhan arta ini.
            Kama, merupakan kepuasan, kenikmatan, merupakan suatu kondisi yang memotivasi manusia untuk rajin, giat dalam melaksanakan tugasnya. Pencarian atau pencapaian kama ini lebih banyak memerlukan artha, sehingga untuk menuju kama ini manusia akan selalu termotivasi untuk mengumpulkan artha.
            Tapi tentu tidak dapat lepas dari tuntunan dharma atau agama di dalam mencari artha maupun kama ini, sehingga sebagai dasar dan pedoman dalam mengumpulkan artha dan mencari kepuasan ini adalah dharma itu sendiri.
            Sebagai tujuan akhir dari hidup manusia Hindu adalah Mokhsa, yaitu menyatunya atman dengan brahman saat orang itu meningggal dunia.
            Ada dua jalan dalam menuju ke arah tujuan tersebut, yaitu :  (1) jalan prajapati, dan (2) jalan yoga. Jalan prajapati ternagi atas 3 jenis jalan, yaitu : Jnana marga, Karma marga, dan Bakti marga. Sedangkan jalan yoga ada hanya satu jalan yaitu : yoga marga.  Keempat jalan ini sering juga kita kenal dengan catur marga, sehingga pembagiannya menjadi : (1) Jnana Marga, (2) Karma Marga, (3) Bakti Marga, dan (4) Yoga Marga.
2.6  Penciptaan Manusia Menurut Hindu
            Di dalam Agama Hindu manusia dibuat dari dua unsur yaitu materi (prakerti) dan jiwa (purusa). Bukan dari bahan hina/kotor. Jadi menurut Agama Hindu manusia pada intinya adalah suci. Bukan dosa atau budak (hamba). Karena Agama Hindu percaya bahwa alam semesta ini diciptakan secara evolusi. Dalam taitiriya upanisad dikatakan bahwa ether (akhasa) datang dari atman, udara dari ether, api dari udara, air dari api, bumi dari air, tumbuhan dari bumi, makanan dari tumbuhan dan manusia dari makanan. Menurut Hindu manusia terdiri dari 5 elemen, yaitu:
1. Pertiwi (unsur padat)
contoh: tulang
2. Apah (unsur cair)
contoh: darah
3. Teja (unsur panas)
contoh: suhu tubuh
4. Bayu (unsur gas)
contoh: oksigen dalam tubuh
5. Akasa (unsur hampa)
contoh: rongga dalam tubuh





























BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
            Manusia pertama adalah Svambhu, yang artinya makhluk berpikir pertama yang menjadikan dirinya sendiri. Secara etimologi kata manusia berasal dari kata manu yang artinya pikiran atau berpikir, dalam bentuk genetif menjadi kata “manusya”, artinya ia yang berpikir atau menggunakan pikirannya. Secara umum manusia senang pada keindahan, baik itu keindahan alam maupun seni, dan yang merupakan musuh besar manusia menurut agama Hindu yang disebut Sad Ripu. Pengertian Manusia dalam persepsi Agama Hindu. Manusia berasal dari manushya yang berarti makhluk hidup yang mempunyai pikiran. Dalam ajaran Hindu manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan atma. Dalam zaman Brahmana , diuraikan bahwa manusia terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah  bagian yang tampak, dan kedua adalah bagian yang tak tampak. Dalam agama Hindu manusia pada hakekeatnya dilahirkan untuk memperbaiki karmanya, sehingga dia dapat semakin cepat mencapai tujuan hidup yang sesusungguhnya yaitu moksa. Manusia merupakan  sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang paling sempurna karena dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu jasmani dan rohani. Manusia secara harpiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang berpikir. Setiap kelahiran jika dipahami, sesungguhnya manusia membawa perannya masing-masing. Tentang tujuan hidup manusia, setiap orang tentunya mempunyai pandangan masing-masing, dan berdasarkan pandangannya itu mereka mengusahakan untuk mencarinya. Agama Hindu memberikan tempat yang utama terhadap ajaran tentang dasar dan tujuan hidup manusia. Agama Hindu sama sekali tidak mengajarkan pemeluknya untuk mengabaikan dunia. Kecendrungan manusia yang lupa terhadap tujuannya karena pengaruh kenikmatan duniawi telah merubah prilaku manusia untuk menyimpang dari ajaran kebenaran. Dalam Bhagawad Gita telah banyak dijelaskan tentang 4 jalan yang disebut Catur Marga Yoga, empat jalan yang dapat ditempuh untuk mendapatkan kebahagiaan lahir bhatin yaitu : Bhakti Marga Yoga, Karma KarmaYoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga. Setiap manusia telah menentukan sendiri jalan hidupnya sehingga itu bukan alasan untuk berpaling dari jalan yang telah diyakininya. Dan semua yang dilakukan oleh manusia Hindu pada umumnya untuk pencapaian tujuan hidup manusia itu sendiri yaitu Catur Purusa Artha, meliputi : Dharma, Artha, Kama, Mokhsa. Dharma menjadi dasar dan pedoman kita dalam menunaikan tugas hidup kita sebagai manusia, yang dilahirkan kembali diberikan kesempatan untuk memperbaiki taraf hidupnya.
3.2 Saran
Mengingat pentingnya pelajaran Agama karena ini termasuk pelajaran yang sangat penting sebagai umat yang beragama untuk  itu penulis menyarankan bagi mahasiswa harus rajin sembahyang dan percaya dengan adanya tuhan agar mendapatkan berkah dan kedamaian.Selalu aktif dalam pembelajaran agama. Mengerjakan tugas yang di berikan dan rajin belajar.Karena kita tidak ada ruginya dalam belajar agama dan juga untuk mendapatkan nilai yang kita inginkan  dan juga jika kita mau berlatih dan berusaha  semua kata sulit  itu bisa di atasi, tingkatan prestasi dan belajar anda dalam pelajaran agama hindu.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

ETIKA (MORALITAS) PERSPEKTIF HINDU

PENYUSUNAN PROGRAM BIMBIMNGAN KONSELING