ETIKA, MORAL dan AKHLAK MULIA
BAB I
PEDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Agama berperan penting dalm kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu
dalam mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat.
Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan manusia maka internalisasi
nila-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan yang
ditempuh melalui pendidikan, baik pendidikn di lingkungan keluarga, sekolah,
maupun masyarakat. Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi
spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan dan
berakhlak mulia. Akhlak mulia menyangkut etika, budi pekerti, dan moral sebagai
manifestasi dari pendidikan agama. Agama sebagai alat untuk membawa kedamaian
dan kepuasan jiwa dengan keyakinan tertentu. Agama menunjukkan bahwa
kebahagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariat agama, itu hanya
dapat terlaksana dengan akhlak yang baik.
Terutama dalam ajaran agama
Hindu, agama Hindu
merupakan suatu agama yang santun karena dalam Hindu menjunjung tinggi pentingnya etika moral dan akhlak.
Moral yang sempurna itu , jika dapat memahami agama Hindu tersebut.
Sedangkan akhlak merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, karena
mencakup segala tingkah laku,
dan karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan sesama makhluk.
Tanpa adanya moral dan akhlak mulia manusia tidak dapat hidup dengan damai.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan agama sebagai sumber moral!
2. Jelaskan akhlak muliia dalam
kehidupan!
1.3 Tujuan
1. Dapat menjelaskan agama sebagai sumber
moral.
2. Dapat menjelaskan akhlak muliia dalam
kehidupan.
1.4 Manfaat
1. Untuk mengajarkan mahasiswa betapa
berpengaruhnya moral yang baik dan akhlak mulia dalam kehidupan yang beragama.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Agama sebagai sumber moral
Ajaran etika atau
moralitas adalah tingkah laku yang baik dan benar untuk kebahagiaan hidup serta
keharmonisan hidup antar sesama manusia, antar manusia dengan alam bahkan
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Menilai baik buruk tingkah laku tidaklah
mudah. Orang yang berperilaku berpegang pada tata susila dan dharma pantas
mendapat kehormatan dan disegani, bukan karena kekayaan, kepintaran atau
keturunan.
Untuk mendapatkan
kemuliaan akhlak ada beberapa ajaran yang berkaitan dengan pengendalian diri
untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya ajaran Trikaya
Parisudha. Kayika perbuatan yang baik dan benar, wacika perkataan yang baik dan
benar, dan manacika, yaitu pikiran yang baik dan benar. Kebajikan, yaitu sifat
murah hati dan suka menolong berbuat kebaikan, yang lahir dari dalam hati
nurani.
Ajaran kebenaran disebut
satya yang juga berarti kejujuran, menyatakan sesuatu sesuai dengan keadaan
sebenarnya. Walaupun tidak benar kata-kata itu, tetapi mendatangkan keselamatan
dan kesejahteraan bagi diri sendiri dan semua makhluk satya juga namanya
walaupun benar namun kalau mendatangkan penderitaan dan kesusahan, bohong juga
namanya. Ajaran kasih sayang atau cinta kasih menurut ajaran dasa paramartha
disebut karunia. Artinya, cinta kasih terhadap semua makhluk ciptaan Yang Maha
Esa, kecuali yang nyata-nyata mengganggu kehidupan manusia, seperti nyamuk,
kutu, dan lain sejenisnya. Selanjutnya, mengamalkan ajaran kedamaian disebut
shanti dan tanpa kekuasaan adalah ahimsa. Ajaran Ahimsa menuntun orang tidak
hanya untuk tidak membunuh, tetapi juga tidak menyakiti perasaan dengan
pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Dalam konteks kehidupan
beragama, konsepsi etika sangat bersinggungan dengan konsepsi moral. Kata moral
berasal dari bahasa latin mos (jamak: mores ) yang berarti kebiasaan, dan adat.
Bila kita bandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata
‘etika’ sama dengan kata ‘moral’ kaarena kedua kata tersebut sama-sama
mempunyai arti yaitu kebiasaan, adat. Setelah dipelajari apa yang membahas
tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan mooralitas.
Agama Hindu memiliki 5
(lima) keyakinan dan kepercayaan, dimana keyakinan tersebut merupakan kekuatan
moral pemeluk agama Hindu yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha
2.2 Akhlak mulia dAlam kehidupan
Nilai dalam bahasa
Inggris value, dari bahasa Latin valere, artinya berguna, mampu akan, berdaya,
berlaku, kuat). Beberapa pengertian nilai antara lain :
Ilmu ekonomi yang
bergelut dengan kegunaan dan nilai tukar benda-benda material, pertama kali
menggunakan secara umum kata “nilai”.
Nilai juga dapat dimaknai sebagai :
(1) Harga (dalam arti tafsiran harga);
(2) Harga Uang (dibandingkan dengan
harga uang yang lain);
(3) Angka kepandian, biji, ponten;
(4) Banyak sedikitnya isi, kadar,
mutu;
(5) Sifat-sifat (hal-hal) yang penting
atau berguna bagi kemanusiaan.
Kata nilai juga terdapat
pada beberapa istilah yang kemudian memberi arti yang berbeda pula, misalnya :
(1)Nilai etik yaitu
nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, missal kejujuran; nilai yang
berhubungan dengan akhlak; nilai yang berkaitan dengan benar dan salah yang
dianut oleh golongan atau masyarakat;
(2)Nilai keagamaan
yaitu konsep mengenai penghargaan tinggi yang diberikan oleh warga masyarakat
pada beberapa masalah pokok dalam kehidupan keagamaan yang bersifat suci
sehinggamenjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan warga masyarakat yang
bersangkutan;
(3)Nilai budaya yaitu
konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dalam
kehidupan manusia;
(4)Nilai moral yaitu
nilai etik (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:963).
Moral, dalam bahasa
Inggris Moral, dan bahasa Latin Moralis – mos, moris (adat, istiadat,
kebiasaan, cara, tingkah laku, kelakuan) mores (adat istiadat, kelakuan,
tabiat, watak, akhlak, cara hidup). Beberapa pengertian :
1. Menyangkut
kegiatan-kegiatan manusia yang dipandang sebagai baik/buruk, benar/salah,
tepat/tidak tepat.
2. Sesuai dengan
kaidah-kaidah yang diterima menyangkut apa yang dianggap benar, bajik, adil dan
pantas.
3. Memiliki kemampuan
untuk diarahkan oleh (dipengaruhi oleh) keinsafan akan benar dan salah, dan
kemampuan untuk mengarahkan (mempengaruhi) orang lain sesuai dengan
kaidah-kaidah perilaku yang dinilai benar atau salah.
4. Menyangkut cara
seseorang bertingkah laku dalam hubungan dengan orang lain.
Moral dari segi
etimologis perkataan moral berasal dari bahasa Latin yaitu “Mores” yang berasal
dari suku kata “Mos”. Mores berarti adat-istiadat, kelakuan, tabiat, watak,
akhlak, yang kemudian artinya berkembang menjadi sebagai kebiasaan dalam
bertingkah laku yang baik, susila. Moralitas berarti yang mengenai kesusilaan
(kesopanan, sopan-santun, keadaban). Orang yang susila adalah orang yang baik
budi bahasanya ( Darmadi, 2007:50).
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008:929), moral didefinisikan sebagai :
(1)Ajaran tentang baik
burukyang diterima umum mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban, dsb; akhlak;
budi pekerti, susila;
(2)Kondisi mental yang
membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dsb; isi hati
atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan;
(3)Ajaran kesusilaan
yang dapat ditarik dari suatu cerita.
Terkait dengan
moralitas Wiranata menyatakan bahwa nilai-nilai moral itu secara umum mempunyai
beberapa ciri, diantaranya adalah :
1. Moral selalu
terkait dengan tanggung jawab manusia. Dalam hal ini apapun yang dilakukan oleh
manusia selalu harus dapat dipertanggung jawabkan. Nilai moral membawa
konsekwensi benar-salah, baik-buruk, karena manusia itu sendiri adalah sumber
dari nilai moralnya.
2. Moral selalu
berkaitan dengan hati nurani manusia. Hati nuranilah yang menghimbau manusia
untuk berbuat sesuatu. Kalau manusia ingin perbuatannya dinilai baik atau
buruk,benar atau salah, maka manusia harus mengendalikan hati nuraninya. Jika
hati nuraninya baik dan bersih, maka perbuatannya akan menjadi layak dan patut,
sedangkan jika hati nuraninya penuh kedengkian, maka perbuatannya punakan sama
buruknya.
3. Moral bersifat
mewajibkan. Nilai moral tak dapat ditawar oleh siapapun juga. Moral yang
bersumber dari hati nurani akan memberikan perintah kepada manusia untuk
mewajibkan pengembalian apa yang dipinjamnya. Sesuatu barang yang bukan
miliknya tidaklah pantas untuk diambil dan dimiliki secara tidak sah. Moralnya
akan mewajibkan orang itu untuk tidak memiliki barang tersebut.
4. Moral berbentuk
formal. Moral bersifat serentak dan berkaitan dengan sejumlah nilai lain. Moral
tak dapat berdiri sendiri, sebab ia tidak akan bermakna apabila tidak disertai
dengan nilai lainnya. Moral akan menjadi sesuatu yang berarti jika telah
diwujudkan dan terkait dengan fenomena lainnya. Misalnya kesetiaan akan
bermakna jika dikaitkan dengan harmonisasi hubungan cinta kasih suami istri
(Suhardana, 2006)
Dalam bukunya Filsafat
Moral, Poespoprodjo (1998:118) menjelaskan bahwa moralitas adalah kualitas
dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah,
baik atau buruk. Hal ini senada dengan pendapat Poedjawiyatma (2003:27) yang
mengatakan bahwa moral merupakan pengetahuan tentang baik dan buruk. Sedangkan
nilai moral, dari segi objektif soal moral mempunyai nilai yang dalam arti
tertentu, tidak bersyarat dan mutlak, meskipun ia bukan tidak terbatas. Nilai
ini bersama tujuan tertinggi manusia dan hukum ilahi merupakan dasar kekuatan
hukum moral kodrat yang mengikat dan tak bersyarat. (Tujuan tertinggi manusia
adalah kebahagiaan. Ini akan tercapai di dunia lain karena manusia menjadi
milik Tuhan). Keburukan (kejahatan) moral ditandai ketidakpatutan mutlak yang
tidak dapat diimbangi nilai lain manapun betapa pun tingginya. Nilai mutlak
dari tatanan moral memerlukan kepatuhan kehendak manusia di samping
kecondongan-kecondongan ingat diri. Dari sini tidak dapat disimpulkan bahwa
arti kecondongan-kecondongan yang ditata secara moral hilang sama sekali
(Bagus, 2002:672, 674, 713).
Nilai Etika
Istilah “etika” berasal
dari bahasa Yunani Kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai
banyak arti : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan,
sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah: kebiasaan.
Dan arti yang terakhir ini menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah
etika yang oleh filsuf Yunani besar aristoteles (384 -322SM) sudah di pakai
untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi , jika kita membatasi diri pada asal
usul kata ini , maka etika berarti ilmu tentang apa yang bisa di lakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia
(departemen pendidikan dan kebudayaan , 1998) etika di jelaskan dengan
membedakan 3 arti :
1. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
2. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak
3. nilai mengenai benar dan salah yang di anut
suatu golongan atau masyarakat
K. Berten (1993)
berpendapat bahwa “setelah mempelajari penjelasan kamus , kami memilih tetap
membedakan 3 arti mengenai kata etika ini. Tetapi mungkin urutannya terbalik ,
karna arti ke 3 dalam kamus besar bahasa Indonesia edisi 1998 lebih mendasar
daripada arti pertama , sehingga sebaiknya di tempatkan di depan. Perumusannya
juga bisa di pertajam lagi. Dengan demikian kita sampai pada arti ke 3 berikut
ini. Pertama , kata etika bisa di pakai dalam arti : nilai nilai dan norma
norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Misalnya orang berbicara tentang “etika suku suku
Indian” , “ etika Agama Hindu “ , etika protestan , maka tidak di maksudkan
ilmu , melainkan arti pertama tadi secara singkat , arti ini bisa di rumuskan
sebagai system nilai.
Kedua , etika berarti
juga kumpulan asas atau nilai moral , yang di maksud di sini adalah kode etik.
Beberapa tahun yang lalu oleh departemen RI di terbitkan sebuah kode etik rumah
sakit yang di beri judul “ etika rumah sakit Indonesia” (1986), di singkat
ERSI. Disini kata etika jelas berarti kode etik.
Ketiga ,etika mempunyai
arti lagi, ilmu tentang yang baik atau buruk. etika baru menjadi ilmu, bila
kemungkinan etis (asas asas dan nilai nilai tentang yang di anggap baik atau
buruk) yang begitu saja di terima dalam suatu masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Ajaran etika atau
moralitas adalah tingkah laku yang baik dan benar untuk kebahagiaan hidup serta
keharmonisan hidup antar sesama manusia, antar manusia dengan alam bahkan
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Menilai baik buruk tingkah laku tidaklah
mudah. Orang yang berperilaku berpegang pada tata susila dan dharma pantas
mendapat kehormatan dan disegani, bukan karena kekayaan, kepintaran atau
keturunan. Nilai etik yaitu nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh,
missal kejujuran; nilai yang berhubungan dengan akhlak; nilai yang berkaitan
dengan benar dan salah yang dianut oleh golongan atau masyarakat. Istilah
“etika” berasal dari bahasa Yunani Kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal
mempunyai banyak arti : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan,
sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah: kebiasaan.
Dan arti yang terakhir ini menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah
etika yang oleh filsuf Yunani besar aristoteles (384 -322SM) sudah di pakai
untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi , jika kita membatasi diri pada asal
usul kata ini , maka etika berarti ilmu tentang apa yang bisa di lakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan.
3.2 Saran
Dengan
adanya makalah ini, diharapkan para pembaca dapat memahami ajaran etika dan
moral dengan baik, serta melakukannya dengan benar.
Komentar
Posting Komentar